Cuaca Ekstrim Ancam Populasi Dunia |
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan,pada paro kedua 2007, populasi dunia akan terus menghadapi ancaman bencana alam akibat perubahan iklim yang ekstrim. Dalam laporannya, Rabu (8/8), WMO menjelaskan cuaca ekstrim yang dipicu pemanasan global telah mencatat rekor peningkatan temperatur di Eropa dan munculnya salju di negara tropis Afrika Selatan.
“Temperatur permukaan bumi secara global merupakan yang terpanas sejak Januari dan April 2007, atau yang kedua sejak rekor sebelumnya 1880. Rata-rata naik sampai 1 derajat Celcius dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,” kata Omar Baddour, anggota WMO kepada wartawan di Jenewa.
Tahun ini, hujan dan banjir besar melanda benua Asia, hujan dan temperatur yang tidak normal di Eropa utara, Tiongkok, Sudan, Mozambik, dan Uruguay serta gelombang panas di Eropa Tenggara dan Rusia. Yang mengejutkan dari kekacauan iklim itu adalah hujan salju di Afrika Selatan dan Amerika Selatan.
Panel Perubahan Iklim Antarnegara (IPCC) mencatat bencana akibat iklim ekstrim ini akan menjadi pola yang terus berlangsung sampai beberapa tahun mendatang. Banjir terburuk di Asia merugikan 30 juta orang di India, Bangladesh, Tiongkok, dan Nepal. Juga menghancurkan tanah pertanian, peternakan, memicu kemiskinan, krisis pangandan air bersih serta migrasi besar-besaran di dunia.
Sedangkan gelombang panas menyapu 68 pulau di Maladewa, disusul angin siklon di Laut Arab, Oman, dan Iran. Sebagian besar India, Pakistan dan Eropa juga terpanggang angin panas bersamaan kedatangan musim dingin.
Omar menjelaskan, ketika para ahli mencemaskan akan makin seringnya bencana alam akibat perubahan ekstrim, WMO mengaku sulit memprediksi cuaca selama beberapa bulan terakhir tahun ini.
Para ahli menilai dampak dari tajamnya emisi gas karbon dioksida (CO2) dari industri dan kendaraan bermotor, sudah terlihat dari tingginya kejadian bencana di beberapa belahan bumi. Pemanasan bumi akibat polusi itu juga menghilangkan sekitar 20 persen lapisan es kutub utara dan mencairkan gleser atau lapisan es di pegunungan. seattletimes/ipcc/dey
sumber : www.google.com
0 komentar:
Posting Komentar